KUNGFU SABLENG Karya: Bastian Tito PENDEKAR SPIRITUS SATU PEMUDA she Ngak berlutut di samping tubuh gurunya yang tergelimpang penuh luka bekas bacokan. Orang tua berusia 99 tahun lewat 13 hari itu tengah sekarat meregang nyawa. Sulit sekali baginya mengumpulkan sisa tenaga yang ada agar dapat membuka mulutnya yang kempot dan ompong. "Muridku Ngak Ngik Ngok... Rohku bakal tidak tenteram di alam akhirat sebelum kau membalas sakit hati kematianku...." "Suhu..." suara sang murid tersendat menahan isak. "Siapa yang melakukan perbuatan durjana ini?!" "Manusianya she Tong. Bernama Bo Long. Dia... dia dikenal dengan julukan Pendekar Bop karena mukanya bopeng. Kau harus cari dia dan ambil nyawanya penebus nyawaku!" "Suhu, aku muridmu Ngak Ngik Ngok bersumpah akan mencari dan membunuh manusia bernama Tong Bo Long itu sampai ke laut yang tidak ada airnya sekalipun! Bahkan sampai ke Planet Crypton bekas kontrakannya Superman..." "Bagus, aku gembira mendengar kata-katamu itu. Tapi ingat, jangan sampai mencari manusia itu ke Planet Senen. Karena disitu banyak WTS, copet, jamb- ret dan tukang todong..." "Terima kasih atas petunjuk suhu..." "Ngik Ngok, ajal ku sudah dekat. Rasanya sudah di depan hidung. Lekas ambilkan dot-ku. Aku mau menghisapnya, agar bisa menghadap Thian dengan tenang." Mendengar ucapan gurunya Ngak Ngik Ngok mengambil sebuah dot bayi yang terletak di atas meja kecil lalu cepat-cepat memasukkannya ke dalam mulut gurunya. Terkempot-kempot sang guru hisap dot itu beberapa kali. Kemudian mulutnya tak bergerak lagi. Sepasang matanya mendelik kosong. Orang tua ini menghembuskan nafas terakhir sambil nyengir! Ngak Ngik Ngok menangis tanpa suara. Ketika dia keluar rumah untuk memberi tahu tetangga terdekat atas kematian gurunya itu, mendadak pandangannya membentur secarik kain putih, menempel di pintu. Dia terkejut dan heran. Karena sebelumnya kain putih itu tidak ada di tempat itu! Di atas kain tertera gambar tengkorak bopeng. Lalu di bawah gambar tengkorak itu ada tulisan berbunyi: "Jika kau memang pendekar sejati, bukan wadam kalengan, ingin menuntut balas kematian kau punya guru, datanglah ke puncak gunung Labu Putih. Tapi jangan lupa membawa nyawa serep karena sekali kau sampai di puncak gunung kau tak bakal bisa mundur atau atret. Tertanda Pendekar Bop." "Keparat sialan!" maki Ngak Ngik Ngok seraya membetot robek kain putih di pintu, mengucalnya, membantingnya ke lantai, diludahi lalu diinjak-injak. Masih belum puas dia songgengkan pantatnya dan brut! Kain bergambar tengkorak bopeng itu dikentutinya. Sambil kepalkan tinju Ngak Ngik Ngok berkata. "Tong Bo Long! Kau tunggu pembalasanku! Isi perutmu akan aku korek habis agar kau jadi tong bolong benaran! Pendekar Bop! Mukamu akan aku cucuk dengan seribu totokan agar tambah bopeng!" *** Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net DUA GUNUNG Labu Putih cukup jauh letaknya. Dengan mengerahkan ilmu lari warisan gurunya yang bernama "Di atas angin membonceng awan" tiga hari kemudian, di satu siang mendung sampailah pemuda Ngak Ngik Ngok di gunung Labu Putih. Kira-kira setengah lie menjelang puncak gunung, Ngak Ngik Ngok melihat ribuan buah labu putih berhamparan menutupi tanah pegunungan. Buah labu ini aneh sekali. Selain warnanya yang putih, bentuknya hampir menyerupai payudara wanita. Ngak Ngik Ngok tak habis pikir. Dari mana datangnya labu aneh begini banyak, siapa yang menanam dan memeliharanya? Tepat di puncak gunung terlihat satu pondok kayu. Kira-kira berada dua tombak dari hadapan bangunan ini. tiba-tiba pintu pondok terbuka dan keluarlah sesosok tubuh yang membuat Ngak Ngik Ngok terperangah kaget campur heran. Di hadapan Ngak Ngik Ngok saat itu berdiri seorang perempuan super ultra gemuk bermuka bo-peng. Pakaiannya hanya sehelai celana bikini dan kutang sangat besar tapi masih tidak sanggup membungkus buah dadanya yang dua kali lebih besar. Rambutnya disanggul tinggi ke atas, ditancapi sumpit hitam. Pada pinggang kirinya terselip sepasang pedang. Sepasang kakinya mengenakan sepatu bot berhak tinggi warna hitam selutut. Dua mata Ngik Ngok memandang tak berkesip, terutama pada payudara yang menggelembung luar biasa besarnya itu. "Tak pernah kuduga," membatin Ngik Ngok. "Musuh besar pembunuh guruku yang berjuluk Pendekar Bop ini ternyata adalah seorang perempuan!" Pendekar Bop yang bernama asli Tong Bo Long sunggingkan senyum sinis. "Pemuda kuaci yang masih bau kencur! Akhirnya kau sampai juga di puncak gunung Labu Putih. Seperti yang aku ada pesan, apakah kau datang lengkap membawa nyawa serep?" Ngak Ngik Ngok balas menyeringai. "Perempuan gembrot muka bopeng! Aku memang tidak membawa nyawa cadangan. Bagaimana kalau aku pinjam dulu nyawa busukmu?!" Mendengar ucapan si pemuda Pendekar Bop bukannya marah, malah tertawa gelak-gelak hingga dadanya yang besar kelihatan seolah berjingkrak-jingkrak. "Tidak kusangka kadal jelek macammu pandai juga bicara! Hik...hik! Apa kau sudah siap menghadapi kematian?!" "Perempuan bermuka simpang siur! Urusan nyawa manusia adalah Thian punya urusan. Yang jelas guruku sudah menunggu kedatanganmu di pintu akherat! Hari ini aku akan balaskan sakit hati dendam kesumat kematian guruku!" "Kurang ajar! Berani kau mengatakan mukaku simpang siur! Memangnya wajahku sama dengan persimpangan jalan yang macet total karena lampu lalu lintasnya mati dan polisinya sembunyikan diri?!" Dua orang yang tidak dapat menahan kemarahan masing-masing segera berbaku hantam. Ngak Ngik Ngok mencabut senjatanya sebilah golok tipis. Sedang Pendekar Bop loloskan pedang di pinggang. Tanpa banyak cerita lagi pertempuran hebat berkecamuk di puncak gunung Labu Putih itu. Ngak Ngik Ngok berkelebat gesit. Serangannya datang bertubi-tubi. Sebaliknya Pendekar Bop yang bertubuh gemuk kelihatan lamban. Namun bagaimanapun Ngak Ngik Ngok berusaha menumbangkan lawannya malah keadaan jadi terbalik. Entah ilmu pedang apa yang dimiliki perempuan gembrot itu. Yang jelas Ngak Ngik Ngok bukan saja tidak mampu menciderai lawan malah bajunya berhasil dibikin robek ujung pedang lawan dan kulit tubuhnya tergores luka di beberapa tempat. Ngak Ngik Ngok menggigit bibir menahan amarah dan rasa sakit. *** TIGA "PEMUDA kuaci! Sekarang kau baru tahu rasa! Sebentar lagi kepalamu kubikin menggelinding. Kau bakal menghadap setan akhirat dan bertemu gurumu! Hik...hik...hik!" "Perempuan gila! Aku belum kalah!" teriak Ngak Ngik Ngok. Dia bacokkan goloknya ke arah batok kepala lawan. Pendekar Bop menangkis dengan pedangnya. "Trang!" Dua senjata bentrokan di udara memercikkan bunga api. Ngak Ngik Ngok tersurut dua langkah. Tangannya bergetar hebat dan wajahnya tampak pucat! Pendekar Bop kembali tertawa bergelak. "Pemuda dungu! Kau boleh punya sepuluh kepala dua puluh tangan dua puluh golok! Tapi jangan mimpi bisa mengalahkanku! Ajalmu hanya tinggal beberapa hitungan saja. Tapi aku tuan besarmu ini bersedia mengampuni selembar nyawamu jika kau mau berlutut minta ampun lalu berjanji untuk mau mencuci kutang serta celana dalamku dan menemaniku di atas ranjang selama tujuh puluh hari tujuh puluh malam! Hik...hik! Apa jawabanmu?!" "Perempuan mesum! Kau kira aku ini jongos mu atau kau anggap aku ini Pendekar Playboy?!" bentak Ngak Ngik Ngok. "Aku rela mati dari pada hidup terhina!" "Bagus! Kalau begitu bersiaplah untuk mampus!" Pendekar Bop lalu kirimkan serangan gencar. Ketika dua senjata beradu untuk kesekian kalinya si gemuk ini kerahkan hampir seluruh tenaga dalamnya. Golok tipis di tangan Ngak Ngik Ngok terlepas mental. "Celaka!" keluh Ngak Ngik Ngok. Tong Bo Long alias Pendekar Bop tertawa bergelak. "Ajalmu sudah tiba pemuda tolol!" "Mana mungkin! Kepalamu yang bakal pecah!" jawab Ngak Ngik Ngok. Mendadak saja dia dapat akal. "Paman guruku yang berjuluk Pendekar Pulang Pagi Pie Koen siap membokongmu dari belakang! Satu langkah saja kau berani bergerak, kepalamu akan dipukulnya hancur! Paman guru, bunuh perempuan durjana ini!" Gudang Ebook (zheraf.wapamp.com) http://www.zheraf.net Pendekar Bop Tong Bo Long sesaat jadi terkesiap. Dia memang pernah mendengar nama Pie Koen sebagai pendekar cabang atas yang mendapat julukan Pendekar Pulang Pagi. Di antara para tokoh silat yang dianggap jadi dedengkot dan disegani karena ilmunya yang tinggi adalah manusia satu ini. Mau tak mau Pendekar Bop jadi terkejut juga mendengar ucapan lawan yang mengatakan Pie Koen adalah paman gurunya dan saat itu berada di belakangnya! Namun sesaat hati kecilnya meragu. Mungkin saja lawan hendak menipunya. Ngak Ngik Ngok rupanya tahu apa yang ada dalam benak si gemuk. Maka dia kembali berteriak. "Paman guru! Tunggu apa lagi! Hancurkan kepala iblis bopeng ini! Dia telah membunuh suhu!" Mau tak mau Pendekar Bop palingkan kepala juga ke belakang. Dia kena tertipu! Ternyata di belakangnya memang tidak ada siapa-siapa! "Setan alas! Kau berani menipuku! Jangan harap kau bisa lolos dari kematian!" Tong Bo Long tidak selesaikan ucapannya karena ketika dia berpaling ke depan kembali, Ngak Ngik Ngok sudah lenyap dari tempat itu. Sadar kalau dirinya memang sudah kena ditipu si gendut ini hanya bisa memaki panjang pendek! Setelah puas mengeluarkan kutuk serapah, Pendekar Bop keluarkan satu kotak kecil yang diselipkannya di balik kutang. Ternyata kotak alat kecantikan merek Rev Long, lengkap dengan kacanya. Dengan sikap genit Pendekar Bop mulai merapikan dandanannya yang kacau balau berlepotan keringat. *** Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net EMPAT NGAK NGIK NGOK sakit hati dan sedih bukan main karena tidak dapat membalaskan dendam kesumat kematian gurunya. Dalam menuruni gunung Labu Putih dia tidak tahu lagi entah menuju kemana. Ketika pada akhirnya dia menghentikan Sari dan berjalan biasa didapatinya dirinya berada di sebuah desa bernama Spie Ing Rie Tus. Hampir keseluruhan penduduk desa ini mempunyai mata pencaharian sebagai pembuat spiritus. Cairan ini bukan saja untuk dijual tapi juga dijadikan minuman sehari-hari oleh penduduk, pengganti arak yang mahal harganya. Konon spiritus keluaran desa Spie Ing Rie Tus ini sangat tinggi kadar alkoholnya dan merupakan merek nomor satu di daratan Tionggoan (daratan Tiongkok). Ngik Ngok sampai di hadapan sebuah kedai. Letih dan haus membuat dia arahkan langkahnya ke kedai ini. Dia memesan segelas teh dan menjadi heran ketika orang kedai dan para tetamu mentertawainya. "Kau pasti orang asing!" kata pemilik kedai. "Ketahuilah, di desa ini satu-satunya minuman yang ada hanyalah spiritus. Jangan harapkan segelas teh, apalagi susu atau arak! Kau cobalah spiritus desa Spie Ing. Rasanya lebih sedap dari arak Shantung!" Mula-mula Ngik Ngok hendak jengkel tapi ketika dia memandang berkeliling dilihatnya semua tamu memang memesan dan minum spiritus yang berwarna biru berkilauan. Mau tak mau akhirnya pemuda ini anggukkan kepala. Tapi ketika pertama kali minuman itu diteguknya, dia menjerit dan terlonjak dari bangku. Mulutnya seperti disulut api. Spiritus dalam mulutnya disemburkan keluar. Mukanya merah padam. Semua orang mentertawainya. Karena kesal Ngak Ngik Ngokduduk memencilkan diri di satu sudut kedai. Duduk sendirian kembali Ngik Ngok ingat pada musuh besarnya si Pendekar Bop. Lama dia termenung memikirkan bagaimana caranya menghadapi dan mengalahkan pembunuh suhunya itu. Dalam keadaan seperti itu tidak sengaja matanya melihat seekor anjing kampung sedang kencing di bawah pohon. Binatang ini tidak tahu kalau didekat pohon tersebut ada seekor kodok sedang mangkal. Begitu sekujur tubuhnya terkena siraman air kencing hangat dan bau, sang kodok menggelepar megap-megap lalu lari pontang-panting. Ngak Ngik Ngok tertawa sendirian. Tiba-tiba satu akal menyelinap masuk ke dalam benaknya. Musuhnya si Tong Bo Long alias Pendekar Bop walau memiliki gerakan lamban namun ilmu pedangnya hebat luar biasa. Jika dia bisa mengacaukan perhatian lawan bukan mustahil dia bisa mempecundangi si gemuk itu. Ngak Ngik Ngok terus merenung. Kemudian dia bangkit berdiri. Dia mendekati pemilik kedai. Sambil menyerahkan sejumlah uang dia berkata. "Berikan aku lima buli spiritus!" (buli = semacam kendi tanah berbentuk botol kuno) Tentu saja pemilik kedai dan orang-orang yang ada di situ heran semua. Tadi mereka saksikan sendiri pemuda itu menyemburkan spiritus yang dicicipinya. Dia hampir kelojotan. Kini malah memesan lima buli sekaligus! *** LIMA SANG surya muncul di ufuk timur tepat pada saat Ngak Ngik Ngok sampai di puncak gunung Labu Putih. Begitu sampai di hadapan pondok langsung saja dia tendang daun pintu sambil berteriak. "Pendekar Bopeng perempuan keparat! Lekas keluar! Aku datang kembali untuk minta nyawamu!" Saat itu si gemuk Tong Bo Long masih tertidur pulas dan mendengkur keras. Suara dengkurannya putus. Matanya terbuka dan tubuhnya yang gembrot duduk di atas ranjang. Tangannya cepat menyambar kutang ukuran raksasa, bikini antik dan sepatu bot. Tak ketinggalan kotak kecil berisi alat kecantikan. Se- telah mengenakan kutang dan bikini serta sepatunya, Pendekar Bop melompat keluar. "Setan alas kurang ajar! Kau berani merusak pintu istanaku! Kau kembali ke sini minta mampus atau memang kangen dan ingat-ingat diriku! Hemm...Jangan-jangan kau termimpi-mimpi dan kebelet mau tidur denganku! Hik...hik...hik!" Sambil tertawa Pendekar Bop cepat merias wajahnya. "Sudah mau mampus masih sempat-sempatnya dandan. Tapi tak jadi apa. Memang harus begitu supaya setan neraka tidak pangling padamu!" kata Ngak Ngik Ngok pula. Pendekar Bop selipkan kotak alat kecantikannya di balik kutang lalu tanpa banyak cerita lagi dia segera hunus pedang dan menerjang pemuda di hadapannya. Ngak Ngik Ngok sudah pula menyiapkan golok tipisnya. Hanya kali ini tangan kirinya berbarengan mengambil satu dari lima buli-buli spiritus yang bergelantungan di pinggangnya lalu meneguk isinya. Dengan mulut gembung penuh spiritus dia hadapi serangan Pendekar Bop. "Pemuda keparat! Kali ini jangan harap aku mau memberi hati ataupun tulang padamu!" Pedang Pendekar Bop berkiblat. Pertempuran seru berkecamuk. Dalam tiga jurus saja Ngak Ngik Ngok sudah terdesak. Pendekar Bop terus menggebrak sambil lontarkan seringai sinis. Ujung pedangnya bertabur menyambar ganas. Dia yakin paling lama dua jurus dimuka akan sanggup membantai si pemuda. Tiba-tiba tidak disangka-sangka mulut gembung Ngak Ngik Ngok menyembur. Cairan spiritus menderu menghantam muka bopeng Pendekar Bop. Perempuan gemuk berdandan tebal itu tidak menyangka akan mendapat serangan begitu rupa. Untung saja dia berlaku waspada. Namun walaupun mukanya selamat, cipratan spiritus masih sempat mengenai dadanya. Tak urung kutang besarnya menjadi berlubang-lubang dan payudaranya seperti ditusuk-tusuk jarum! Menggelegaklah amarah Pendekar Bop. Didahului satu pekikan keras seperti pekik penyanyi yang kesetanan di disko "Le Go Yang" dia putar pedangnya dengan sebat hingga saat itu juga sekujur tubuh lawan terkurung sambaran senjata tajam itu. Namun kali ini Ngak Ngik Ngok berhasil membabat putus salah satu tali kutang lawan. Pendekar Bop terpekik. Dia cepat pergunakan tangan kiri untuk menunjang dan menutupi dadanya yang melorot turun ke bawah seperti kelapa menggelantung. Namun nasibnya rupanya sudah sampai pada saat menentukan. Sambaran berikutnya memutus tali kutang yang satu lagi! "Jahanam keparat! Kau berani menghinaku! Aku bersumpah membunuhmu saat ini juga!" Pedang di tangan Pendekar Bop berkiblat ganas. Tapi semburan spiritus dari mulut lawan membuat gerakannya tertahan. "Lihat celana!" Ngak Ngik Ngok berseru. Lalu goloknya menyambar ke bawah. Tali celana bikini Pen- dekar Bop putus! Kembali si gemuk ini menjerit. Ketika dengan kalap dia coba mengejar lawan dengan pedangnya, Ngak Ngik Ngok babatkan lagi senjatanya dan menyembur dengan spiritus. Pendekar Bop terpekik. Luka besar menguak di perutnya yang gendut berlemak. Darah mengucur! "Oh bikini ku! Kubeli mahal-mahal di Paris. Robek... kau merobeknya....! "Pendekar Bop bukan khawatirkan luka di perutnya tapi malah lebih mengkhawatirkan bikininya yang robek dimakan ujung golok! "Dasar perempuan otak miring!" kata Ngak Ngik Ngok. Selagi lawan kalang kabut goloknya kembali membabat. Jeritan mengenaskan keluar berulang kali dari mulut Pendekar Bop, Tubuhnya yang gemuk akhirnya tergelimpang bergedabukan di depan pondok. Si gemuk ini menemui ajal dengan mata mendelik dan dua tangan memegangi bikininya. Ngak Ngik Ngok jatuhkan diri berlutut. Terbata-bata dia berkata. "Suhu, sakit hatimu sudah murid balaskan! Pembunuh mu telah aku habisi! Ternyata murid tidak perlu susah-susah harus pergi ke Planet Crypton atau ke Planet Senen.. Juga tidak perlu mengarungi lautan luas yang penuh dengan pukat harimau. Tidak perlu memasuki hutan belantara yang kayu-kayunya sudah pada habis di trondoli orang-orang kota. Hari ini murid sudah bunuh Pendekar Bop Tong Bo Long. Semoga arwah suhu kini bisa tenteram di alam baka!" Ngak Ngik Ngok manggut-manggut tujuh kali lalu bangkit berdiri dan tinggalkan puncak gunung Labu Putih. Sejak itu dia lebih dikenal dengan julukan Pendekar Spiritus. *** TAMAT Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net